Tag Archives: Situjuh Ladang Laweh

tikam samurai-bagian-362-363-364


“Dan dia pergi dari suatu kota ke kota lain untuk membunuh rasa sepinya…”Michiko menunduk
“Ya…..” suara Michiko makin perlahan.
Setelah ucapan Michiko yang terakhir itu, suasana lalu jadi sepi. Michiko menunduk. Salma masih menatapnya. Begitu pula Overste Nurdin. Mereka sama-sama diam. Lalu :
“Apakah dia mengatakan kemana dia akan pergi setelah mengantarkan jenazah temannya itu?”
Michiko masih berusaha untuk mengetahui rencana perjalanan si Bungsu.
Kali ini tidak Nurdin yang bicara. Dia memberi isyarat pada isterinya untuk menjelaskan.
“Ada. Dia memang mengatakan kemana dia akan pergi. Yaitu kalau dia bisa cepat meninggalkan Australia. Katanya dia ingin pulang ke kampungnya…’
“Ke kampungnya?”
“Ya. Ke Situjuh Ladang Laweh. Ke kaki Gunung Sago di Payakumbuh seperti yang nona katakan tadi…” Salma berkata dan tersenyum lembut. Wajah Michiko jadi berseri. Dan itu semua tak luput dari amatan Salma.
Tapi tiba-tiba wajah Michiko jadi murung lagi.
“Apakah…apakah disana ada….” Dia terhenti. Nurdin dan Salma saling pandang dan menanti apa yang ingin ditanyakan gadis itu. Tapi Michiko tak kunjung mengucapkan apa yang tersirat dihatinya. Salma segera saja bisa menebak.
“Nona maksudkan, apakah dikampungnya dia punya seorang kekasih atau tunangan…?’ Lanjutkan membaca


Tikam Samurai-bagian-359-360-361


Siang itu Overste Nurdin yang tengah duduk disertai isteri dan anaknya kedatangan seorang tamu. Staf Konsulat michikomemberitahukan kedatangan tamu itu ke kamarnya di tingkat atas gedung konsulat.
“Ada tamu untuk bapak dan ibu…” staf itu berkata.
“Tamu…?”
“Ya..”
“Silahkan masuk..”
Staf konsulat itu berjalan ke sebelah. Cukup lama Nurdin dan isterinya menanti. Kemudian pintu terbuka perlahan-lahan. Dan di pintu, dengan keheranan baik Nurdin maupun Salma menatap, seorang gadis cantik tegak disana. Mirip gadis Jepang.
“Selamat siang, apakah saya berhadapan dengan tuan Overste Nurdin..?” gadis itu bicara dalam bahasa Indonesia yang fasih.
“Ya. Sayalah orangnya. Silahkan masuk. Ini isteri saya. Maaf, saya tak bisa bangkit…”
Gadis itu melangkah masuk. Salma berdiri menyambutnya. Kedua perempuan cantik itu bersalaman dan saling pandang.
Gadis itu mengambil tempat duduk di depan Salma.
“Nampaknya anda baru dari Indonesia. Apakah yang bisa saya perbuat?” Nurdin bertanya.
Gadis cantik itu sekali lagi melayangkan pandangannya pada Salma. Kemudian pada Overste Nurdin.
“Tidak. Saya tidak dari Indonesia. Saya dari Kyoto, Jepang” suara gadis itu bergetar perlahan. Ada rasa heran dan kaget menyelinap dihati Nurdin dan Salma.
“O, alangkah jauhnya perjalanan nona, adakah yang bisa saya bantu?” Lanjutkan membaca


tikam samurai-bagian-224-225-226-227


Suara Michiko terdengar lantang dan bergetar. Dan hanya dalam waktu beberapa detik setelah ucapannya itu, sibungsusemua orang yang hadir segera mengetahui, bahwa anak muda itulah rupanya yang telah mengalahkan Obosan kuil Shimogamo ini dan beberapa murid utamanya!
Semua mereka kini memperhatikan dengan seksama.
Indonesia-Jin…. Indonesia-Jin….” (Orang Indonesia…orang Indonesia!) terdengar suara berbisik-bisik.
Para pendeta kuil Shimogamo itu berlarian mengelilingi Michiko dan si Bungsu.
Wakil Saburo di kuil itu, seorang pendeta tua gemuk dan berwibawa segera membungkuk hormat dan berkata perlahan:
“Mohon Michiko-san jangan menuruti hati marah. Obosan meninggal dengan terhormat. Dia mati dengan Harakiri. Bukan dibunuh oleh anak muda ini. Lagipula bukankah kemaren sebelum dia meninggal Obosan berpesan bahwa dia tak ingin ada dendam yang berlanjut antara kita dengan Bungsu-san…? Bukankah Obosan sudah menerima salah atas perbuatannya terhadap keluarga Bungsu-san? Mohon Michiko-san menyabarkan hati….” Lanjutkan membaca