“Dan dia pergi dari suatu kota ke kota lain untuk membunuh rasa sepinya…”
“Ya…..” suara Michiko makin perlahan.
Setelah ucapan Michiko yang terakhir itu, suasana lalu jadi sepi. Michiko menunduk. Salma masih menatapnya. Begitu pula Overste Nurdin. Mereka sama-sama diam. Lalu :
“Apakah dia mengatakan kemana dia akan pergi setelah mengantarkan jenazah temannya itu?”
Michiko masih berusaha untuk mengetahui rencana perjalanan si Bungsu.
Kali ini tidak Nurdin yang bicara. Dia memberi isyarat pada isterinya untuk menjelaskan.
“Ada. Dia memang mengatakan kemana dia akan pergi. Yaitu kalau dia bisa cepat meninggalkan Australia. Katanya dia ingin pulang ke kampungnya…’
“Ke kampungnya?”
“Ya. Ke Situjuh Ladang Laweh. Ke kaki Gunung Sago di Payakumbuh seperti yang nona katakan tadi…” Salma berkata dan tersenyum lembut. Wajah Michiko jadi berseri. Dan itu semua tak luput dari amatan Salma.
Tapi tiba-tiba wajah Michiko jadi murung lagi.
“Apakah…apakah disana ada….” Dia terhenti. Nurdin dan Salma saling pandang dan menanti apa yang ingin ditanyakan gadis itu. Tapi Michiko tak kunjung mengucapkan apa yang tersirat dihatinya. Salma segera saja bisa menebak.
“Nona maksudkan, apakah dikampungnya dia punya seorang kekasih atau tunangan…?’ Lanjutkan membaca
Tag Archives: gunung sago
tikam samurai-bagian-362-363-364
tikam samurai-bagian-341-342-343-344-345
Kedua orang itu semula hanya melihat bayangan gelap. Dan bagi Tongky maupun Donald hal begini mereka maklumi sangat sebagai suatu bahaya. Kalau saja sempat salah seorang diantara orang yang mereka sekap ini berteriak, maka tamatlah riwayat penyergapan mereka. Mungkin mereka masih akan bisa memenangkan pertarungan. Tapi korban akan berjatuhan. Sedangkan mereka tak ingin seorangpun korban yang jatuh di pihak mereka.
Dan yang lebih penting lagi, kalau sampai terdengar tembakan, maka kapal yang sedang membongkar muatan berupa perempuan-perempuan itu pasti akan melarikan diri.
Mengingat bahaya ini, Tongky segera menerkam lawannya yang orang Cina itu.
Dan Donald menerkam lawannya yang orang Melayu. Cara mereka memang cara khas pasukan komando. Terlatih, cepat dan mematikan. Dan yang lebih penting, tak menimbulkan suara!
Tongky menyergap lawannya dengan pisau komando. Sergapannya dibuat sedemikian rupa. Sehingga ujung pisau komando itu menerkam jantung Cina tersebut bersamaan dengan tangan kirinya yang menyekap mulut Cina itu.
Cina itu kaget separoh mampus. Bukan hanya separoh mampus, tapi dia kaget sampai mampus. Mula-mula tubuhnya akan berkelonjotan seperti tubuh Keling yang dipancung kepalanya itu. Tapi Tongky menekan tubuhnya rapat ke tanah. Dan menyekap mulutnya kuat-kuat. Menghujamkan pisaunya sampai tembus kehulu! Lanjutkan membaca