Tag Archives: tarok

tikam samurai – bagian-60-61


Saat berikutnya samurai si Bungsu bekerja. Terlalu cepat untuk diikuti mata. Terlalu cepat untuk disadari oleh Kempetai-kempetai yang ada di atas truk itu. Dan pagi itu, terjadilah sebuah pembantaian yang tak mengenal ampun, sebelas orang Kempetai yang berdiri tegak diatas truk terbuka itu, tak sempat sekalipun menembakkan bedil mereka. Truk yang hanya muat untuk tempat tegak itu, tak bisa memberi keleluasaan pada para kempetai itu untuk mempergunakan bedil.
Delapan orang telah mati terbantai samurai atau kena pukulan tangan dan kaki Datuk Penghulu. Sersan yang tegak di depan sekali melompat ke atas kap truk. Dari atas dia mengangkat bedilnya. Dia bermaksud menembak si Bungsu. Tapi gerakannya dilihat oleh Datuk Penghulu yang tengah menghantam seorang kopral dengan siku tepat di tenggorokan.
Sebelum pelatuk bedil sempat dia tarik, tubuh Datuk Penghulu tiba-tiba melambung didahului pekik menyeramkan. Jarak antara dia dengan Jepang yang ada di atas atap truk itu sekitar empat depa. Dan jarak empat depa itu dia lewati dalam loncatan panjang tak lebih dari tiga detik. Yang duluan tiba adalah pukulannya.
Pukulan tangan kanannya mendarat di perut Kempetai yang tengah membidikkan bedilnya itu. Kedua tubuh mereka terjatuh ke atas kap depan. Kempetai itu duluan tegak. Tapi kaki Datuk Penghulu menghajar pusarnya dari bawah. Dia terlambung ke tanah persis di depan truk. Ketika akan bangkit, saat itu pula tubuh Datuk Penghulu terjun. Kakinya mendarat di tengkuk si Jepang. Terdengar tulang patah. Dan Kempetai itu mati Pada saat yang sama, si Bungsu menyelesaikan tugasnya di belakang. Kempetai kesepuluh mati dengan leher putus. Demikian cepatnya keadaan itu berlangsung.
Sehingga, dari saat truk itu berhenti, sampai pada Kempetai yang kesepuluh orang itu mati, waktunya barangkali hanya tiga menit. Memang terlalu fantastis. Namun begitulah yang terjadi. Si Bungsu pembenci Jepang nomor satu. Dalam usahanya mencari Kapten Saburo Matsuyama untuk membalaskan dendam keluarganya, dia menyapu habis set iap Jepang yang menghalanginya. Dan pagi ini, kembali samurainya bekerja terlalu cepat bagi Jepang-Jepang tersebut. Sedangkan Datuk penghulu, yang selama ini terlalu sabar dengan menyimpan-nyimpan ilmunya, kini setelah anak dan istrinya mati ternista di tangan Jepang, membalaskan dendamnya dengan segenap kebencian.
Empat orang Kempetai mati kena makan tangan dan kakinya pagi itu. Dan saat itulah chu-I (Letnan satu) yang memimpin regu penyergapan itu menyadari bahaya yang mengancamnya. Sejak tadi dia duduk di sebelah sopir. Dia hanya mendengar suara hingar bingar di belakangnya. Dan tiba-tiba di kap di depannya ada tubuh yang jatuh. Tubuh itu tak lain tubuh Datuk Penghulu dengan seorang prajurit. Ketika prajurit itu mati, dia baru menyadari bahaya mengancam. Segera saja dia mengeluarkan pistolnya. Kemudian dari tempat duduknya dia membidik ke arah kepala Datuk Penghulu di luar sana. Dia bermaksud menembak Datuk itu melalui kaca depan. Lanjutkan membaca